KARYA ILMIAH PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA




KARYA ILMIAHPERPUSTAKAAN SEKOLAH
DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur.
Rendahnya kualitas pendidikan dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya proses pembelajaran. Jika dianalisis secara makro penyebabnya bisa dari siswa, guru, sarana dan prasarana pembelajaran yang digunakan. Juga minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang kurang baik serta sarana dan prasarana yang kurang memadai, akan menyebabkan kurang berhasilnya instruksional. Proses pembelajaran yang kurang berhasil dapat menyebabkan siswa kurang berminat untuk belajar. Minat siswa yang kurang ditunjukkan dari kurangnya aktivitas belajar, interaksi dalam proses pembelajaran dan persiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Sekolah sebagai wahana pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu mempersiapkan sekolah dengan segala sarana maupun prasarana pendidikan seperti perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan perpustakaan sekolah merupakan pekerjaan yang utama selain pekerjaan-pekerjaan yang lainnya.
Kurikulum yang telah perbaharui menyarankan agar kegiatan pengajaran tidak hanya datang satu arah dari guru saja, melainkan multi arah, begitu juga sumber pembelajaran juga dapat dari mana saja dan apa saja terlebih dalam era sekarang ini. Dalam komunikasi multi arah guru harus aktif merencanakan, memilih, membimbing, dan menganalisa berbagai kegiatan yang dilakukan siswa, sebaliknya siswa diharapkan untuk aktif terlebih mental maupun emosional. Proses belajar yang harus dilakukan siswa untuk mendapatkan keterampilan, menemukan, mengelola, menggunakan, dan mengkomunikasikan hal-hal yang telah ditemukan merupakan hasil belajar yang diharapkan. Guru sebagai pendidik harus menguasai bermacam-macam metode mengajar, yaitu pembelajaran tidak hanya dilakukan dikelas dengan proses pembelajaran yang cenderung siswa dibelajarkan, akan tetapi guru dapat memvariasikan pembelajaran dengan menugaskan siswa untuk melakukan proses inkuiri yang dapat dilakukan diperpustakaan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, masalah dalam penulisan karya ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut; “Perpustakaan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri No. 154 Talang Aro Kec. Muara Bulian”.
1.3. Tujuan Penulisan
Melalui penulisan karya ilmiah ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1.      Mengajak siswa dan guru untuk lebih memanfaatkan perpustakaan sebagai media pembelajaran.
2.      Meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca.
3.      Meningkatkan mutu hasil belajar dan pembelajaran siswa.
4.      Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta arti pentingnya perpustakaan sebagai jendela ilmu khususnya bagi siswa dan guru, umumnya kepada semua pembaca.
1.4. Manfaat Penelitian
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberi manfaat yang luas, baik bagi penulis sendiri maupun pembaca umumnya;
1.   Bagi penulis ;
Sebagai tugas akhir perkuliahan pada mata kuliah Seminar Kependidikan, penulisan karya ilmiah ini banyak memberi manfaat, baik langsung maupun tidak langsung, diantaranya penulis mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai keberadaan perpustakaan dan pentingnya sebagai jendela ilmu dan penunjang keberhasilan pembelajaran di sekolah. Disamping itu penulis merasa dilatih untuk menulis dan menjadikannya sebagai bahan referensi dan kajian untuk meningkatkan pembelajaran disekolah.
 2. Bagi pembaca ;
Tidak jauh beda dari yang penulis sampaikan diatas, diharapkan melalui tulisan ini dapat memberikan pemahaman mengenai perpustakaan dan perannya dalam peningkatan kemampuan dan keterampilan belajar siswa khususnya dan masyarakat sekolah pada umumya.

 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Perpustakaan Sekolah
2.1.1. Pengertian Perpustakaan
Kebanyakan dari kita mungkin beranggapan bahwa perpustakaan adalah tempat menyimpan dan meminjam buku, baik untuk dibaca di tempat maupun dibawa pulang dengan menggunakan kartu anggota perpustakaan. Dalam benak sebagian besar kita terlintas bahwa perpustakaan terdiri dari banyak rak dengan tumpukan buku yang tersusun rapi dalam rak tersebut. Anggapan tersebut memang ada benarnya, tetapi perpustakaan di masa kini tidaklah selalu terdiri dari sekelompok buku, karena perpustakaan dewasa ini bisa menyediakan layanan audio-visual, film,slide mikrofilm dan sebagainya. Memang jika dilihat dari sudut linguistiknya, perpustakaan berasal dari kata pustaka yang artinya buku. Dalam bahasa Latin, kata perpustakaan ini berasal dari kata liber yang diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi library yang juga mengandung arti buku atau sesuatu yang menyangkut buku. Definisi perpustakaan adalah sebuah ruangan atau bagian sebuah gedung atau gedung itu sendiri yang dipergunakan untuk kegiatan penyimpanan dan peminjaman buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk pembaca dimana bahan-bahan publikasi itu tidak diperjual-belikan. Didalam perpustakaan terdapat berbagai bahan cetak dan publikasi (buku, majalah, laporan, karya tulis, audio visual, film, slide, VCD, DVD, kaset dsb.) Dalam pelaksanaan perpustakaan ada ilmu yang mengkaji perpustakaan yang disebut ilmu perpustakaan (library science), yaitu ilmu pengetahuan yang mengorganisasikan berbagai hal tentang pustaka, baik tentang tujuan, obyek, fungsi perpustakaan, metode, penyusunan, teknik dan teori yang digunakan dalam pemberian jasa perpustakaan. Perpustakaan memiliki koleksi bahan cetak yang digunakan untuk pembaca. Perpustakaan berbeda dengan toko buku, baik dalam hal hakikat maupun fungsinya. Bila toko buku menyusun buku yang akan dijualnya dengan maksud mencari keuntungan, maka perpustakaan bertujuan mendayagunakan koleksinya untuk kepentingan penyebarluasan informasi bagi para pembaca.
Banyak batasan atau pengertian tentang perpustakaan yang disampaikan oleh para pakar di bidang perpustakaan. Anda dapat mempelajari beberapa pengertian perpustakaan seperti di bawah ini :
·         Menurut kamus “The Oxford English Dictionary”, kata “library” atau perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti sebagai “ suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan rujukan”.
·         Pengertian perpustakaan ini pada abad ke-19 berkembang menjadi “ suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang dipelihara dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.
·         Dalam perkembangannya lebih lanjut, pengertian perpustakaan memperoleh penghargaan yang tinggi, bukan sekadar suatu gedung yang berisi koleksi buku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
·         Pada tahun 1970, The American Library Association menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian “pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujukan“.
·         Dalam pengertiannya yang mutakhir, seperti yang tercantum dalam Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa “ perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
Pengertian perpustakaan yang mutakhir ini telah mengarahkan kepada tiga hal yang mendasar sekaligus, yaitu hakikat perpustakaan sebagai salah satu sarana pelestarian bahan pustakan; fungsi perpustakaan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan; serta tujuan perpustakaan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pembangunan nasional.
Adapun pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah; yang melayani seluruh warga sekolah yang bersangkutan.
2.1.2. Perpustakaan SD Negeri No. 154/I Talang Aro
Kondisi sebagian besar perpustakaan sekolah saat ini masih jauh dari yang diharapkan, belum memenuhi standar nasional perpustakaan. Disamping itu pemangku jabatan, kepala sekolah, dan guru kurang menyadari pentingnya fungsi dan peran perpustakaan sekolah bagi peserta didik maupun para pendidik sendiri. Misalnya ada anggapan bahwa perpustakaan hanya sebagai pelengkap di sekolah. Padahal ia merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran. Sebab keberhasilan jalannya proses pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kompetensi guru dan tersedianya gedung sekolah serta fasilitasnya, tetapi juga perlu didukung oleh tersedianya buku-buku murah dan perpustakaan yang representatif.
SD Negeri No. 154/I Talang Aro Kecamatan Muara Bulian adalah salah satu sekolah yang dikategorikan sebagai SD terpencil di Kabupaten Batang Hari. Hal ini didasarkan atas peta lokasi dan keadaan lingkungan dimana sekolah ini berada. Dari ibu kota Kabupaten Batang Hari, sekolah ini berada ± 45 km. Untuk menuju sekolah ini dalam keadaan normal yaitu cuaca cerah dan tidak hujan dapat dilalui dengan kendaraan roda dua, akan tetapi bila dalam keadaan hujan maka sulit dilalui karena jalanan lengket.
Keadaan lingkungan disekitar sekolah adalah hutan dan perkebunan karet rakyat dan kelapa sawit. Sebagian besar masyarakatnya hidup dari mengolah dan memanfaatkan perkebunan tersebut sebagai petani penggarap/pengolah. Sehingga dapat dimaklumi bahwa keadaan social, ekonomi dan masyarakatnya dapat dikategorikan kelas menengah ke bawah. Yang pada akhirnya akan berpengaruh juga kondisi dan perhatian orang tua kepada anaknya untuk sekolah.
Sekolah ini mulai beroperasi pada tahun 1989, dengan dua ruangan kelas dalam satu unit bangunan tidak permanen yaitu bangunan yang terbuat dari papan sederhana. Segala aktivitas sekolah berpadu dalam dua ruangan tersebut. Sehingga dapat di bayangkan dalam kaitannya karya ilmiah ini mengenai perpustakaannya. Artinya jangankan untuk perpustakaan, kegiatan guru dan kepala sekolah bercampur baur di antara meja dan kursi belajar siswa. Barulah pada tahun 2005 sekolah ini mendapat tambahan ruang belajar, berupa satu unit gedung dengan dua ruang belajar. Sehingga kepenatan ruang belajar selama ini dapat sedikit teratasi. Untuk diketahui sebelum ada tambahan ruang belajar, 6 rombongan belajar dibagi dalam dua ruangan plus meja guru dan kepala sekolah dan lainnya.
Seperti yang telah penulis uraikan diatas, bahwa sama halnya dengan kondisi sebagian besar perpustakaan sekolah lainnya, dalam keadaan memprihatinkan. Kondisi buku yang tidak terurus, koleksi buku yang tidak bertambah malah berkurang akibat dimakan usia dan karena tidak adanya manajemen pelayanan perpustakaan yang mengatur sirkulasi buku. Kondisi ini juga terjadi di SD Negeri No. 154/I Talang Aro.
Berdasarkan observasi lapangan yang penulis temui. Bahwa perpustakaan sekolah di SD ini tidak memiliki ruangan sendiri yaitu menumpang diruangan kepala sekolah dan guru dengan kondisi yang tidak tertata dengan baik, walaupun buku-buku yang ada tersusun diatas lemari bekas yang dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan buku tepatnya. Tidak ada kursi dan meja untuk membaca, sehingga banyak buku dipinjam oleh sebagian kecil siswa dibaca dikelas atau diluar ruangan. Buku-buku yang tersusun itupun jumlahnya tidak lebih dari 100 eksemplar dimana 70 persennya adalah buku pelajaran pegangan guru dan siswa, sisanya buku-buku cerita dan buku paket B yang kegiatan itu juga menumpang disekolah ini.
Kondisi yang membawa minat membaca menjadi lebih baik, sungguh sangat jauh dari harapan dan menciptakan minat baca siswa, ditambah dengan kurangnya pihak sekolah menggalakkan siswa untuk membaca. Bagaimana siswa mau memanfaatkan perpustakaan, jika guru-guru saja tidak juga membaca dan mengajak siswanya gemar membaca.

2.1.3. Usaha Perbaikan Perpustakaan SD Negeri No. 154/I Talang Aro
Kita semua menyadari bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan.
Salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan sekolah dewasa ini bukan hanya merupakan unit kerja yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, tapi juga merupakan bagian yang integral pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah.
Dengan membanjirnya informasi dalam skala global, perpustakaan sekolah diharapkan tidak hanya menyediakan buku bacaan saja namun juga perlu menyediakan sumber informasi lainnya, seperti bahan audio-visual dan multimedia, serta akses informasi ke internet. Akses ke internet ini diperlukan untuk menambah dan melengkapi pengetahuan anak dari sumber lain yang tidak dimiliki oleh perpustakaan di sekolah. Menyikapi hal ini pustakawan sekolah dan guru perlu mengajarkan kepada murid untuk dapat mengenali jenis informasi apa saja yang diperlukan dan menelusurinya melalui sumber informasi tersebut di atas. Untuk itu diperlukan program pengetahuan tentang literasi informasi di sekolah. Dengan mengikuti program semacam itu murid diarahkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui informasi yang diperolehnya. Kemampuan ini juga kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti perjalanan kariernya.
Sejalan dengan keinginan untuk mewujudkan sebuah perpustakaan sekolah sebagaimana disebutkan di atas, tentu harus ada kerja sama dan sinergi, termasuk apresiasi, terhadap perpustakaan di antara para pustakawan sekolah, guru, kepala sekolah serta komite sekolah. Tentu saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kemampuan sekolah dan masyarakat sekolah pada umumnya untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, dengan azas tepat guna dan tepat sasaran, tidak besar pasak dari pada tiang.
Paling tidak ada usaha dan kemauan yang besar dari pihak sekolah dengan di dukung oleh komite sekolah selaku jembatan institusi sekolah dengan masyarakat dan orang tua untuk mengusahakan terciptanya perpustakaan sekolah yang layak dan meningkatkan minat baca siswa.
Selama ini kurangnya usaha menggalakkan siswa untuk gemar membaca dan mencari sumber belajar melalui perpustakaan dapat diperbaiki dengan lebih mengintensifkan peran perpustakaan. Guru harus lebih giat mengajak siswanya mencari dan belajar di perpustakaan, bahkan mengajak dan menganjurkan siswanya untuk gemar membaca apa saja yang positif tentunya.
Selain itu barangkali selama ini tidak adanya usaha untuk mendapatkan bantuan buku-buku dari pihak terkait, untuk itu juga pihak kepala sekolah selaku pemangku jabatan inti disekolah dengan dibantu guru-guru dan koordinasi komite sekolah dapat mengajukan bantuan kepada instansi terkait dan pihak-pihak yang mempunyai komitmen untuk memajukan pendidikan dan pada akhirnya melahirkan generasi muda yang cerdas dan trampil.
2.2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
2.2.1. Deskripsi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak pernah absen menemani mereka.
Tetapi, luar biasanya, kualitas berbahasa Indonesia masih saja jauh dari apa yang diharapkan. Yaitu untuk dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seolah-olah fungsi dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat maksimal.
Selama ini pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah cenderung konvesional, bersifat hafalan, penuh jejalan teori-teori linguistik yang rumit. Serta tidak ramah terhadap upaya mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Hal ini khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis. Pola semacam itu hanya membuat siswa merasa jenuh untuk belajar bahasa Indonesia. Pada umumnya para siswa menempatkan mata pelajaran bahasa pada urutan buncit dalam pilihan para siswa. Yaitu setelah pelajaran-pelajaran eksakta dan beberapa ilmu sosial lain. Jarang siswa yang menempatkan pelajaran ini sebagai favorit. Hal ini semakin terlihat dengan rendahnya minat siswa untuk mempelajarinya dibandingkan dengan mata pelajaran lain.
2.2.2. Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja.
Belum lagi praktek mengajar guru yang tidak kreatif dan bertahan dengan kondisi yang sudah dilakukan turun temurun, mengajar seadanya sehingga terkesan sekedar melepas tanggung jawab.
Gaya mengajar yang dilakukan guru sebagaimana diungkapkan diatas, jika dilihat secara lebih mendalam juga tidak dapat dinyatakan sebagai ketidakmampuan guru semata, ada banyak faktor X yang mengkondisikan situasi ini, khususnya di SD Negeri 154 Talang Aro ini. Dengan geografis yang kurang menunjang kondisi ini diperparah dengan ketersediaan sarana prasana yang disediakan pemerintah selaku pemangku pendidikan.
Istilah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, agaknya masih berlaku, buktinya dalam pengajaran bahasa Indonesia sehari-hari guru menggunakan bahasa pengantar yang dicampur-campur dengan bahasa atau dialek bahasa ibu/bahasa daerah, sehingga siswanya pun menjadi tidak terbiasa untuk berbicara dengan bahasa Indonesia. Hal ini tentunya akan berpengaruh dengan kemampuan berbahasa siswa. Kurangnya pengenalan akan kosakata-kosakata bahasa Indonesia, sehingga berdampak pada aspek kebahasaan yang lain, seperti mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
2.2.3. Upaya Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.
Buku adalah jendela ilmu, begitu banyak istilah yang sering dipublikasikan untuk mengajak semua orang untuk rajin membaca. Karena buku dan bahan bacaan lainnya adalah sumber inspirasi untuk menggali kreasi serta potensi yang ada dalam diri setiap individu.
Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik mencakup empat unsur dasar berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, serta penambahan unsur-unsur kebahasaan dan sastra untuk melengkapi materi yang sedang dibahas. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu menguasai dengan baik keseluruhan kompetensi yang telah ditetapkan dalam Standar Isi Tahun 2006.
Berdasarkan wacana diatas, maka sebagai salah satu aspek untuk mengembangkan kemampuan dasar berbahasa peserta didik, diantaranya adalah dengan mengaktifkan siswa melalui kegiatan membaca, menemukan dan mengapresiasikan kebahasaan dengan mengarahkan siswa untuk gemar membaca dan mengeksplorasi perpustakaan.
Sejalan dengan itu, maka ketersediaan sarana perpustakaan yang layak dan represe tatif semestinya disediakan oleh sekolah, baik melalui bantuan langsung pemerintah maupun swadaya masyarakat sekolah lainnya.









BAB III
PEMBAHASAN
3.1.    Keterkaitan Perpustakaan Sekolah dan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan perpustakaan sangat penting perannya bagi kelangsungan pendidikan. Mengingat akan pentingnya keberadaan perpustakaan ini maka selayaknyalah keberadaan perpustakaan yang baik dan repsentatif disediakan oleh pihak sekolah dan lembaga terkait.
Perhatian terhadap keberadaan perpustakaan sekolah sering terabaikan. Padahal, keberadaan perpustakaan sekolah dalam upaya mendorong tumbuhnya minat baca sangat strategis. Paling tidak ada dua sebab mengapa para siswa perlu terus didorong agar tumbuh kegemaran membacanya.
Pertama, menghadapi abad ke- 21 yang merupakan abad teknologi dan informasi, para siswa dituntut untuk memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, sikap kritis, serta kesiapan untuk bersaing secara kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan. Kedua, budaya membaca yang meningkat merupakan cermin kemajuan suatu bangsa.
Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu dilakukan berbagai upaya terus-menerus memberikan pemahaman dan apresiasi kepada para siswa akan pentingnya pemanfaatan perpustakaan sekolah bagi peningkatan minat dan kegemaran siswa dalam membaca. Upaya ini tentunya bukan hanya tugas seorang pustakawan, tetapi juga harus didukung terutama oleh kepala sekolah serta guru-guru di sekolah tersebut.
Para siswa perlu diberi pemahaman yang benar tentang fungsi perpustakaan, baik sebagai sarana edukatif, informatif, rekreatif, dan inspiratif. Perlu pula dijelaskan tentang tata tertib mengunjungi perpustakaan, tata cara memilih jenis buku (katalogisasi), tata cara peminjaman buku, serta penanaman kesadaran akan pentingnya memelihara dan menjaga keutuhan buku yang dipinjamnya.
Penataan ruang perpustakaan yang nyaman serta pengayaan khazanah perpustakaan perlu diupayakan agar siswa sebagai pengunjung merasa betah berada di ruang perpustakaan. Yang dimaksud khazanah perpustakaan dalam hal ini adalah tersedianya sebuah ruang audio yang dilengkapi dengan proyektor, tape recorder, perangkat OHP, in focus, perangkat komputer, dan sebagainya.
2.2.    Upaya Peningkatan Perpustakaan Sekolah untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk Peningkatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah antara lain :
1.    Program Kegiatan Perpustakaan Sekolah
Sebagai unit penunjang, Perpustakaan Sekolah harus selalu berupaya untuk meningkatkan kwalitas dan kwantitas serta mengembangkan Perpustakaan menuju perpustakaan yang mampu menyediakan informasi yang cepat dan tepat. Untuk itu sekolah harus mengupayakan pembenahan dan peningkatan pelayanan perpustakaan. Upaya untuk pembenahan dan peningkatan pelayanan kepada pengunjung perpustakaan dapat dilakukan melalui kegiatan :
2.    Pengadaan Koleksi Pustaka
Pengadaan koleksi perpustakaan adalah segala upaya yang dilakukan untuk menambah koleksi perpustakaan sekolah agar dapat menunjang proses belajar mengajar. Pengadaan buku perpustakaan dapat dilakukan melalui :
3.    Sumbangan Dari Pemerintah/Badan/Instansi terkait
Perpustakaan sekolah biasanya mendapatkan buku-buku bacaan dari instansi-instansi yang terkait dan dapat juga dari bantuan badan atau pihak lain yang berkomitmen untuk meningkatkan pendidikan.
4.    Pembelian
Pengadaan buku-buku teks dan referensi dengan jalan membeli merupakan jalan yang terbaik karena sekolah dapat memilih buku yang benar-benar dibutuhkan oleh sekolah maupun mencari dari internet.
5.    Pemberian Atau Hadiah
Pemberian atau hadiah buku-buku untuk perpustakaan dapat diperoleh dari siswa-siswi baru, siswa-siswi yang naik kelas, siswa-siswi yang lulus, bahkan juga dari guru dan karyawan.
6.    Tukar Menukar
Buku-buku yang berlebih atau kurang bermanfaat bagi suatu perpustakaan sekolah dapat ditukarkan ke perpustakaan lain.
7.    Pembuatan Sendiri
Bahan perpustakaan dapat dibuat sendiri oleh pihak sekolah melalui :
1.    Pembuatan klipping dari koran dan majalah ataupun buletin.
2.    Mengumpulkan karya tulis dari siswa yang dinilai baik dan dapat dijadikan koleksi perpustakaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam lingkungan sekolah, kegiatan belajar perlu didukung sarana dan prasarana yang memadai, terlebih pada pelajaran Bahasa Indonesia yang notebene adalah pembelajaran yang paling mendasar karena untuk bisa menguasai perpustakaan tentulah aspek kebahasaannya harus dipenuhi terlebih dahulu. Salah satunya adalah perpustakaan yang berfungsi sebagai sumber belajar siswa. Karena perpustakaan mengemban peranan yang sangat penting. Fungsi perpustakaan akan dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh beberapa hal, antara lain :
  1. Pengembangan koleksi buku
  2. Pengembangan dan penguatan organisasi perpustakaan yang baik
  3. Pelayanan yang profesional
  4. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.
4.2.    Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan dalam rangka upaya peningkatan pengelolaan perpustakaan :
  1. Pihak sekolah hendaknya menyediakan tenaga yang profesional khusus untuk mengelola perpustakaan. Bukan hanya sekedar tugas tambahan yang diberikan pada guru selaku pendidik, mengingat tugas dan tanggungan jawab guru pada pendidikan begitu besar.
  2. Pihak sekolah segera menambah koleksi buku-buku yang baru serta mengelola perpustakaan sesuai dengan standar nasional bahkan internasional.
  3. Pihak sekolah hendaknya segera menambah anggaran khusus untuk perpustakaan guna meningkatkan sarana dan prasarana serta meningkatkan wawasan guru dan karyawan tentang perpustakaan.
  4. Dengan Perkembangan Teknologi informasi yang begitu pesat sekolah hendaknya segera memanfaatkan teknologi informasi guna menuju perpustakaan digital ( e-library ) sesuai dengan tuntutan jaman.
 DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim. Melibatkan Siswa dalam Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Republika, 22 Oktober 2008. (Online), (http://www.klubguru.com/index.php, diakses 10 Mei 2010)

Anang Fauzi Purwanto. Upaya Peningkatan Pengelolaan Dan Pelayanan Perpustakaan. (Online), (Email: mts_hidayat.prob@yahoo.co.id)

Aroem Andajani. 2008. Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Ikut Serta Pada Kegiatan Pendidikan Pustakawan Penyelia. Ruang Baca Fakultas Teknologi Kelautan – ITS. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010)

Darmono. 2007. Pengembangan Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar (Online), (e-mail: plaza_mlg@yahoo.com, diakses 19 Maret 2010)

Dedi Djunaedi. Meningkatkan Pelayanan Perpustakaan Sekolah. (Online), (http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/home, diakses 10 Mei 2010)

Dwiza Ayuna S.Sos. Optimalisasi Fungsi Perpustakaan Sekolah Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa. (Online), (http://padang-today.com/index.php, diakses 10 Mei 2010)

Hanifah, dkk. (2006). Courseparck on Teacher Librarianship (Terjemahan). Yogyakarta : Jurusan IPI Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010)

Hari Santoso. 2007. Promosi Sebagai Media Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah. Jurnal Perpustakaan Sekolah. Tahun 1 - Nomor 1 - April 2007. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010)

Heri Abi Burachman Hakim. Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan Minat Baca. (Online), (http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php, diakses 10 Mei 2010)

Hernandono. 2005. Meretas Kebuntuan Kepustakawanan Indonesia Dilihat Dari Sisi Sumber Daya Tenaga Perpustakaan. Orasi Ilmiah dan Pengukuhan Pustakawan Utama. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010),

Hernowo. Agar Perpustakaan Tak Jadi Kuburan (Online), ( http://www.mizan.com/portal/template/BacaArtikel/kodeart/1031, diakses 10 Mei 2010)

Ibrahim Badafal. (1999). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara Mayoga. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010)

Kompas 20-11-07. Kembangkan Perpustakaan Sulit, Sekolah Bisa Membangun Budaya Baca. (Online), (www.kompas.com, diakses 8 Maret 2010)

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010)

Rohanda, Drs. Msi. 2000. Fungsi Dan Peranan Perpustakaan Sekolah. Makalah disampaikan dalama rangka seminar sehari Ikatan Pustakawan Indonesia. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010)

Undang Undang No. 43/2007 tentang Perpustakaan. (Online), (www.depdiknas.go.id, diakses 17 Maret 2010)

Yunus S.P.;M.Si. Perpustakaan Sekolah Bukan Tempat Penyimpan Buku. (Online), (Email : bacapustaka@yahoo.com, diakses 17 Maret 2010)

_____________. Pemberdayaan dan Pengembangan Perpustakaan Sekolah (Online), (http://perpustakaansditlh.multiply.com/, diakses 10 Mei 2010)



Sumber http://www.teoripendidikan.com/

Belum ada Komentar untuk "KARYA ILMIAH PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel