Tashawwuf Akhlaqi dan 'Amali

Pada tulisan saya yang lalu telah saya jelaskan tentang pengertian tasawuf, barang kali yang perlu saya jelaskan pada pertemuan kali ini adalah tentang pengertian akhlaq, untuk menemukan singkronisasi antara tasawuf dengan akhlaq, sehingga kita temukan pengertian tentang tasawuf akhlaqi yang dulunya sangat gencar dibicarakan oleh para sufi sehingga sistem tasawuf akhlaqi ini telah sukses melahirkan cendikiawan berpribadi tercerahkan seperti Hasan Bashri, Al-Muhasibi, Al-Qusyairi, Al-Gazali, dll, sungguh menakjubkan membuat kita semakin tertarik mendalaminya untuk kita ambil hikmah yang terkandung di dalamnya sebagai bekal kita merentas jalan menuju cahaya yang sama seperti cahaya yang telah ditemukan Adam dan Hawa sewaktu masih di surga sebelum hijrah ke bumi, atau seperti yang ditemukan Musa di bukit tursina, atau Muhammad di sidratul muntaha dan para sufi dalam tenda-tenda perzikirannya sehingga terbebas dari belenggu kelam hitam kegelapan. 

 Untuk menemukan pengertian akhlaq, kita perlu melakukan dua pendekatan yang dapat kita gunakan dalam mengartikan tentang akhlaq, yaitu pendekatan lughot (linguistik, bahasa) dan istilahi (terminologis).

Allah menciptakan manusia di muka bumi adalah untuk menjadi kholifah atau pemimpin di muka bumi. Tidak terlepas dari fitrahnya ini, Allah SWT menganugrahkan dua potensi penting dalam diri manusia, yaitu akal dan nafsu.

Allah SWT memberikan akal kepada manusia agar mereka mampu dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar, dalam bertindak, bertingkah laku, berbuat ataupun bekerja. Sementara nafsu adalah sebuah pemicu bagi tingkat pekerjaan yang dilakukan oleh akal. Sehingga, nafsu ini dapat menjadi nafsu yang baik, yakni nafsu yang dilatih untuk menghindar dari perbuatan-perbuatan yang tercela dan membawa dosa, dan nafsu yang buruk, yakni nafsu yang dilatih untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan salah.

Para ahli sufi memiliki pendapat bahwa hawa nafsu dapat menjadi tabir penghalang untuk dapat dekat dengan Allah SWT. Hal yang seperti ini akan terjadi ketika diri seseorang telah dikendalikan oleh hawa nafsu. Hawa nafsu yang seperti ini akan membawa manusia cenderung memuja kenikmatan duniawi. Hingga pada akhirnya bukanlah kenikamtan kehidupan akherat yang dijadikan tujuan utama dalam hidup, melainkan kenikmatan dunia lah dijadikan tujuan utama dalam mencapai keberhasilan hidun

Dalam kitab Ma’rifat Ghubahan Ihsanuddin dinukilkan ungkapan para ahli sufi : Jalan-jalan menuju Allah itu sebanyak bintang-bintang di langit, atau sebanyak bilangan nafas manusia.http://www.kawulagusti.blogspot.com/…/isi-pokok-ajaran-tasawuf.html
[1] Simuh. 1997. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hal. 40-41
[2] Mukhtar Hadi, M.Si. 2009. Memahami Ilmu Tasawuf “Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf”. Yigyakarta : Aura Media. Hal 65.-
[3] Riyyadah diartikan sebagai latihan-latihan mistik, latihan kejiwaan dengan upaya membiasakan diri agar tidak melakukan hal-hal yang mengotori jiwanya seperti perbuatan-perbuatan yang tercela baik yang batin maupun yang lahir yang merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya.
[4] Drs. Totok Jumantoro, M.A dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag. 2005. Kamus Ilmu Tasawuf. Wonosobo: Penerbit AMZAH. Hal. 263
[5] Ibid. Hal.233.
[6] Ibid, Hal 233.
[7] Ibid, Hal.233.
[8] Hijab menurut bahassa artinya adalah kerudung, tirai, atau tabir. Pengertian Hijab menurut istilah adalah segala sesuatu dari diri manusia yang menyembunyikan dan menutupi Allah. Hijab juga seringkali dipahami sebagai dinding penghalang yang membuat manusia tidak bisa berhubungan dengan tuhan.
[9] Mukhtar Hadi, M.Si. Op.cit Hal. 67
[10] Drs. Totok Jumantoro, M.A dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag. Op.cit. Hal. 227
[11] Ibid, Hal 227
[12] Ibid, Hal 227
[13] Zuhud adalah mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Mengosongkan bukan berarti benar-benar tidak menginginkan dunia, melainkan lebih mementingkan kehidupan akherat dibandingkan dunia.
[14] Tawakal biasa diartikan sebagai sikap bersandar dan mempercayakan diri kepada Allah. Tawakal tidak berarti beserah diri tanpa ada usaha, melainkan mempercayakan diri atau beserah diri kepada Allah harus diiringi dengan usaha dan perbuatan.
[15] Ma’rifah itu sebanarnya adalaha Allah menyinari hati seorang hamba dengan cahaya ma’rifat yang murni, sehingga ma’rifah bukanlah suatu yang dapat dicapai dengan usaha manusia, melainkan dengan pilihan Allah kepada hambanya yang diistimewakan. Sehingga seorang hamba, benar-benar seperti bisa mengenal Allah.
[16] Muhtar hadi, M.Si. Loc.cit. Hal.68
[17] Drs. Totok Jumantoro, M.A dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag. Loc.cit. Hal. 229
[18] Mukhtar Hadi, M.Si. Op.cit. Hal. 70
[19] Mukhtar Hadi, M.Si. Op.cit. Hal. 71
[20] Drs. Totok Jumantoro, M.A dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag. Loc.cit. Hal. 150
[21] Dikutip dari: http://ratih1727.multiply.com/journal/item/171, Tanggal 22 Oktober 2010
[22] Drs. Totok Jumantoro, M.A dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag. Loc.cit. Hal. 147
[23] Drs. Totok Jumantoro, M.A dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag. Loc.cit. Hal. 263
[24] Mukhtar Hadi, M.Si. Loc.cit. Hal. 74
[25] Ibid, Hal 217
[26] Ibid, Hal 217
[27] Drs. Totok Jumantoro, M.A dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag. Loc.cit. Hal. 239
[28] Mukhtar Hadi, M.Si. Loc.cit. Hal. 75
[29] Hakikat atau Haqiqah adalah kebenaran yang bersifat essensial. Makna kaqiqah menunjukkan kebenarana esoteris yang merupakan batas-batas dari transedensi manusia dan teologis. Haqiqah merupakan unsur ketiga setelah syari’ah (hukum) yang merupakan kenyataan eksoteris, Thariqat (jalan) sebagai tahapan esoterisme, dan yang ketiga adalah haqiqah, yakni kebenaran yang essensial.
[30] Loc.cit. Hal. 71
[31] Mukhtar Hadi, M.Si. Loc.cit. Hal. 76
[32] Ibid, Hal 141
[33] Loc.cit Hal. 77
[34] Nama sufi berlaku pada pria atau wanita yang telah menyucikan hatinya dangan dzikrullah, menempuh jalan kembali kepada Allah, dan sampai pada pengetahuan hakiki (Ma’rifat).
[35] Maqomat secara bahasa berate kedudukan, secara istilah adalah kedudukan manusia dihadapan Allah yang disebabkan oleh ibadahnya, mujahadatnya, riyadhahnya, dan pencurahan hatinya pada Allah.

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Belum ada Komentar untuk "Tashawwuf Akhlaqi dan 'Amali"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel