Taurat Tidak Hanya Ditulis Oleh Musa bahkan Sempat Lenyap Dimuka Bumi!

Ilustrasi
Menurut keyakinan Kristen atau Yahudi Kitab Taurat juga disebut dengan Five Books Of Moses, karena Taurat dibagi kepada lima bagian yakni Beresyit, Syemot, Vayikra, Bamidbar dan Devarim.[1] Kelima bagian dari kitab Taurat ini juga disebut dengan Pentateuch.

Ilmuwan Yahudi dan Kristen juga sepakat bahwa tidak semua kelima bagian Taurat ditulis oleh Musa, sebagiannya juga ditulis oleh tokoh lain. Ibn Ezra – salah seorang Rabbi Yahudi senior, mengatakan bahwa dua belas ayat terakhir dari Pentateuch tidak ditulis oleh Musa sendiri melainkan oleh Joshua (Yosua) selepas kematian Musa.[2]

Oleh Ibn Kathir dalam kitabnya menjelaskan bahwa Yosua sendiri dalam tradisi Islam dikenal sebagai Yusya’ bin Nun. Allah Swt., menyebut nama Yusya’ di dalam al-Quran secara samar-samar, yakni dalam kisah Khaidir sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya berkaitan dengan firman Allah Swt.,: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya” (QS. Al-Kahfi: 60) Demikian juga firman-Nya: “Maka tatkala mereka berdua berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya” (QS. Al-Kahfi: 62) juga mengenai hadis sahih dari riwayat Ubay bin Ka’ab Ra., dari Nabi Saw.,: “Sesungguhnya, orang itu adalah Yusya’ bin Nun.”

Adapun kisah yang berasal dari Ibn Jarir dan ulama lainnya dari kalangan ahli tafsir yang berasal dari Ibn Ishaq dijelaskan: “Sesungguhnya, nubuwwah (kenabian) itu diserahterimakan dari Musa ke Yusya’ pada masa akhir usia Musa As. Selanjutnya Musa meminta kepada Yusya’ agar bersedia mengemban dan larangan yang diterimanya dari Allah Swt.”[3]

Info dari Ibn Ishaq ini secara tersirat menunjukkan jika kelak Yusya’ bin Nun akan meneruskan misi kenabian sekaligus menerima syari’at-syari’at yang diturunkan dari Allah.

Namun pada saat Nebukadnedzar II pada abad ke-7 SM menyerang Yerusalem, semua kitab Taurat dibakar sehingga musnahlah kitab Taurat dari bumi akibat tidak ada yang menghafalnya. Ibn Kathir menjelaskan bahwa Nabi Uzair kembali dihidupkan setelah diwafatkan selama seratus tahun lamanya ketika kota Yerusalem di luluh lantakkan oleh Nebukadnezar II saat menaklukkan kota tersebut. Hal ini kemudian Allah abadikan dalam al-Quran surat Al-Baqarah ayat 259., Allah berfirman:

Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Al-Baqarah/2: 259)

Uzair teringat bahwa Ayahnya telah menguburkan Taurat pada suatu tempat sebelum kota Yerusalem dihancurkan. Akan tetapi setelah digali, maka kitab Taurat sudah mulai tampak rusak.

Setelah mendapatkan kitab tersebut, Uzair lalu duduk dibawah pohon sementara masyarakat Bani Israil duduk mengelilinginya. Uzair segera menyalin dan memperbarui Kitab Taurat itu untuk mereka. Tiba-tiba ada dua cahaya yang turun dari langit lalu masuk ke tengah-tengah Uzair. Ia menjadi teringat kembali semua kandungan kitab Taurat. Kemudian, ia menyalinnya dan memperbaharuinya untuk Bani Israil. Dari peristiwa itulah kaum Bani Israil kemudian menyebut: “Uzair putra Allah.” Hal itu dikarenakan adanya peristiwa dua cahaya itu, juga pembaharuan kitab Taurat yang dilakukannya dan kiprahnya yang berkaitan dengan Bani Israil. Peristiwa pembaharuan kitab Taurat yang dilakukan oleh Uzair itu terjadi di wilayah sekitar Dār Huzqail. Adapun daerah tempat wafatnya Uzair dikenal dengan nama Sairabaz.[4]
_________
[1] Sol Scharfstein, The book Of Haftarot for Shabbat, festivals and fast days: an easy-to-read translation with commentary (Jersey: KTAV Publishing House, 2006), hlm. 19.

[2] Yitzhak Y. Melamed dan Michael A. Rosental (ed), Spinoza’s ‘theological-political treatise’: a critical guide (Cambridge: Cambridge University Press, 2010), hlm. 46.

[3] Ibn Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Saefullah MS (Jakarta: Qisthi Press, 2015), hlm. 578.

[4] Ibn Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Saefullah MS (Jakarta: Qisthi Press, 2015), hlm. 707-708.

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Belum ada Komentar untuk "Taurat Tidak Hanya Ditulis Oleh Musa bahkan Sempat Lenyap Dimuka Bumi!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel