Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018

Berikut ini adalah berkas Buku Guru PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan) SMP MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018. Download file format PDF.

 Berikut ini adalah berkas Buku Guru PJOK  Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018
Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018

Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018:

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, sehingga kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut.

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) untuk Kelas IX SMP/MTs yang disajikan dalam buku ini juga tunduk pada ketentuan tersebut. PJOK bukan berisi materi aktivitas yang dirancang hanya untuk mengasah kompetensi keterampilan peserta didik, atau mata pelajaran yang membaginya menjadi pengetahuan tentang kesehatan dan keterampilan berolahraga. PJOK adalah mata pelajaran yang membekali siswa dengan pengetahuan tentang gerak jasmani dalam berolahraga serta faktor kesehatan yang dapat mempengaruhinya, keterampilan dalam melakukan gerak jasmani dalam berolahraga dan menjaga kesehatannya, serta sikap perilaku yang dituntut dalam berolahraga dan menjaga kesehatan sebagai suatu kesatuan yang utuh sehingga terbentuk peserta didik yang sadar kebugaran jasmani, sadar olahraga, dan sadar kesehatan.

Aktivitasnya dirancang berbasis aktivitas terkait dengan sejumlah jenis gerak jasmani/olahraga dan usaha-usaha menjaga kesehatan yang sesuai untuk peserta didik Kelas IX SMP/MTs. Aktivitas-aktivitas tersebut dirancang untuk membuat peserta didik terbiasa melakukan gerak jasmani dan berolahraga dengan senang hati karena merasa perlu melakukannya dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jasmani baik melalui gerak jasmani dan olahraga maupun dengan memperhatikan faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhinya. Sebagai mata pelajaran yang mengandung unsur muatan lokal, tambahan materi yang digali dari kearifan lokal dan relevan dengan mata pelajaran ini sangat diharapkan untuk ditambahkan sebagai pengayaan dari buku ini.

Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes
Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di sekolah-sekolah Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah terbatasnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar, dan kemampuan guru PJOK yang kurang memadai. Salah satu dampak yang sangat jelas dengan kondisi ini adalah tingkat kebugaran peserta didik yang sangat rendah.

Seperti halnya kemampuan guru yang mengajar mata pelajaran PJOK pada satuan pendidikan SMP/MTs yang memiliki latar belakang pendidikan di luar bidang pendidikan jasmani, ada yang tamat SMA, D3 non Penjas, S1 Teknik, S1 IAIN, dan lain sebagainya. Kondisi ini pada dasarnya kurang tepat, tapi kita masih harus bersyukur mereka masih mau mengajar mata pelajaran PJOK.

Guru PJOK tradisional cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga yang sasaran akhirnya adalah prestasi. Pendekatan yang dilakukan seperti halnya pendekatan pelatihan olahraga. Dalam pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pengajaran pendidikan jasmani sebagai media pendidikan dalam rangka pengembangan kebugaran jasmani dan pribadi anak seutuhnya. Penerapan model pembelajaran PJOK tradisional sering mengabaikan tugas-tugas ajar yang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Mengajar SMP / MTs disamakan dengan anak-anak SMA. Bentuk-bentuk modifikasi baik dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain kurang diterapkan di dalam proses pembelajaran, hal ini menyebabkan peserta didik tidak mampu dan gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

Sebagai akibat dari kondisi seperti ini, anak dapat menjadi kurang senang terhadap Pelajaran PJOK. Tugas-tugas ajar yang merupakan keterampilan kompleks itu sesungguhnya hanya mampu dilakukan oleh anak-anak yang berbakat dan berminat dalam olahraga serta anak-anak yang memiliki tingkat keterampilan gerak dasar yang tinggi. Tidak ada upaya-upaya memodifikasi tugas gerak yang kompleks menjadi tugas gerak yang sederhana, dapat diramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang harus dipelajari akan tergolong rendah.

Untuk itu kebutuhan akan modifikasi olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajar PJOK mutlak perlu dilakukan. Guru harus memiliki kemampuan untuk melakukan modifikasi keterampilan yang hendak diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Karakteristik Proses Belajar Mengajar (PBM) yang Efektif
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.

Tujuan utama pembelajaran PJOK di sekolah adalah mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas fisik untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat, mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan dan kesejahteraan dengan benar serta pola hidup sehat, mengembangkan keterampilan gerak dasar, motorik, keterampilan, konsep/ pengetahuan, prinsip, strategi dan taktik permainan dan olahraga, meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai percaya diri, sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, pengendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan aktivitas fisik, menciptakan iklim sekolah yang lebih positif, mengembangkan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Indonesian, dan menciptakan suasana yang rekretif, berisi tantangan, ekspresi diri.

Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Untuk memperoleh manfaat yang optimal dari proses pembelajaran, para guru hendaknya memperhatikan prinsi-prinsip pembelajaran PJOK sebagai berikut.
  1. Di dalam mata pelajaran PJOK terdapat kompetensi dasar pengetahuan dan keterampilan. Kedua jenis kompetensi ini diajarkan tidak terpisah harus diajarkan secara bersamaan. Hal ini berarti tidak ada alokasi waktu khusus untuk belajar teori, kecuali materi kesehatan. Teori-teori berkaitan dengan konsep dan prinsip gerak diajarkan saat praktik.
  2. Dalam pembelajaran PJOK, intensitas biasanya diukur oleh perubahan denyut nadi ketika peserta didik SMP/MTs melakukan aktivitas fisik. Intensitas gerak pada pembelajaran minimal di antara 50 – 60 % (persen) dari Denyut Nadi Maksimal (DNM). Sedangkan para atlet biasanya berada di antara 70-90% DNM.
  3. Idealnya, jumlah siswa yang terlibat dalam pembelajaran di antara 20-30 peserta didik. Tetapi ukuran di Indonesia biasanya lebih tinggi, karena satu kelas biasanya terdiri dari 40 peserta didik. Selama guru mampu mengelola baik alat maupun formasi serta pengaturan kelas yang memungkinkan, rasanya tidak terlalu bermasalah jika terdapat 40 peserta didik dalam satu kelas.
  4. Semakin banyak peserta didik mengulang satu jenis gerakan, maka semakin baik hasilnya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam mendayagunakan waktu, alat, fasilitas, serta kemampuannya dalam mengatur unit pembelajaran seefektif mungkin.
  5. Pengalaman “berhasil” akan muncul manakala peserta didik merasa berhasil menampilkan tugas gerak yang diberikan kepadanya karena akan teramati oleh peserta didik lain atau guru. Keberhasilan ini dapat muncul apabila tugas gerak yang tidak terlalu sulit. Di samping itu, guru juga harus menyediakan tugas gerak alternatif bagi peserta didik atau siswa yang kemampuannya belum sampai. Tugas gerak alternatif ini maksudnya adalah tugas gerak yang dimodifikasi tingkat kesulitannya, sehingga membuat peserta didik yang belum menguasainya menjadi mampu melakukannya.
  6. Lingkungan pembelajaran PJOK harus bersuasana aman, nyaman, dan menyenangkan. Meskipun tugas gerak yang diberikan cukup menantang dan dapat membuat peserta didik lelah dan berkeringat, tetapi suasana aman, nyaman, dan menyenangkan itu tetap harus dipertahankan. Sebaliknya, suasana yang tidak mendukung sebaiknya dapat dihilangkan, di antaranya kebiasaan mengejek antarpeserta didik, kebiasaan merendahkan dari guru kepada peserta didik, kebiasaan panggilan alias yang negatif, dan sebagianya.
  7. Ketersediaan alat dan fasilitas untuk pembelajaran PJOK merupakan satu keharusan, namun apabila di sekolah tidak tersedia maka guru sebaiknya memiliki pemikiran mencari cara untuk memperbanyak alat pada saat belajar, termasuk di dalamnya dengan memodifikasi alat sederhana yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Di samping itu faktor keselamatan dalam penggunaan alat olahraga harus diperhatikan oleh guru.
  8. Keriangan peserta didik dalam pembelajaran PJOK dapat didorong oleh berbagai sebab, di antaranya guru memberikan tugas gerak yang memang menyenangkan, permainan yang melibatkan semua peserta didik dalam suasana kompetisi yang tinggi, dengan iringan musik, atau menyediakan kesempatan bagi peserta didik mengembangkan kreativitas mereka, dan lain-lain.
  9. Setiap unit pembelajarannya agar menyeimbangkan pengembangan aspek gerak dan keterampilan, aspek kebugaran, aspek pengetahuan, serta aspek spiritual dan sosial peserta didik.

Pembelajaran PJOK dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Satuan Pendidikan SMP/MTs
Pembelajaran PJOK adalah memanfaatkan aktivisi fisik/olahraga untuk mengembangan keutuhan manusia. Artinya, bahwa melalui pembelajaran yang melibatkan unsur fisik dan aktivitas jasmani, aspek mental, emosional, sosial dan moral pun turut terkembangkan.

Pengembangan domain keterampilan secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek perseptual motorik (keterampilan gerak), dan kedua, mencapai perkembangan kebugaran jasmani. Ini menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan penguasaan gerak keterampilan serta sekaligus bersifat pembentukan kebugaran jasmani.

Pengembangan domain keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan suatu keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi rangsangan dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai terjadinya respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu (Schmidt and Wrisberg, 2000). Penekanan dari proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada proses perangsangan yang bervariasi, sehingga setiap kali peserta didik akan selalu mengerahkan kemampuannya dalam mengolah informasi, ketika akan menghasilkan gerak. Dengan cara itu, kepekaan sistem saraf peserta didik semakin dikembangkan.

Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain keterampilan, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dan lain-lain) (Lutan, Rusli, 2001). Kebugaran jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya, seperti kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan persendian); sedangkan kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang melibatkan kualitas gerak sendiri seperti kecepatan, kelincahan, koordinasi, power, keseimbangan (Baumgartner and Jackson, 1995).

Pengembangan domain pengetahuan mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek pengetahuan dalam pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan ilmiah. Salah satu simpul dalam domain pengetahuan ini adalah peserta didik memiliki pengetahuan tentang arti penting pendikan jasmani untuk hidup sepanjang hayat.

Pengembangan domain sikap mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh, yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak, serta meningkatkan keteguhan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai peneguhan sikap spiritual. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya.

Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di masyarakat. Demikian juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang dapat dicapai dengan baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama dengan kemampuan memotivasi diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam menyelesaikan tugas apapun.

Untuk menjadikan proses pembelajaran PJOK yang mampu mengembangkan seluruh aspek di atas secara lengkap, dalam implementasinya para guru tentu dituntut untuk menguasai berbagai perangkat pembelajaran, dari mulai teknik, metode, pendekatan, model, strategi, hingga gaya mengajar yang sesuai dengan kekhasan dari aktivitas dan tugas gerak yang dipelajari.

Model Pendidikan Gerak
Pendidikan gerak (movement education) adalah sebuah model pembelajaran dalam PJOK yang menekankan pada pengajaran konsep dan komponen gerak. Konsep gerak terdiri dari konsep tubuh (bagian tubuh apa yang digunakan), konsep ruang (arah, bidang atau ketinggian), konsep usaha (lambat, cepat, kasar, halus, lancar, tersendat, dsb.), serta konsep keterhubungan (seperti sendirian, berpasangan, berkelompok, dsb.). Salah satu komponen gerak adalah basic fundamental movement, seperti gerak lokomotor, gerak nonlokomotor, dan gerak manipulatif.

Dalam pendidikan gerak guru tidak dianjurkan untuk memberi contoh tentang gerakan yang harus dilakukan peserta didik, tetapi lebih banyak memberikan pertanyaan kepada peserta didik tentang gerakan yang dapat dilakukan mereka, misalnya; manakah yang lebih jauh hasil lompatan menggunakan tumpuan satu kaki atau dua kaki.

Dalam pendidikan gerak tidak dikenal apa yang disebut teknik dasar, sehingga tidak perlu guru memberi contoh atau demonstrasi tentang gerakan yang dianggap benar. Justru peserta didik seharusnya mencari sendiri (mengeksplorasi) gerakan yang mampu dipikirkannya, dan melakukannya sesuai dengan kemampuan sendiri tanpa harus membandingkannya dengan gerakan dari peserta didik yang lain. Oleh karena itu para ahli menyebut bahwa model pendidikan gerak lebih bersifat eksploratif, karena mengarahkan peserta didik untuk mencari sendiri gerakan yang mampu dipikirkannya dan ditantang untuk mampu mengubah dan mengembangkannya juga sesuai dengan kemampuan sendiri. Semakin banyak dan semakin variatif peserta didik menemukan dan mengembangkan gerakannya, maka semakin baik manfaat pembelajaran bagi mereka.

a. Pembelajaran Pendidikan Gerak
Model Pendidikan Gerak mendukung tumbuhnya rasa berhasil (feeling of success) pada setiap peserta didik, di samping mengembangkan fundasi yang luas untuk mengembangkan keterampilan dalam berbagai jenis gerakan. Sebagaimana dinyatakan oleh para ahli, “Movement is the content of physical education” (Logsdon et al., p. 141). Di dalamnya guru dapat secara berkelanjutan menyatukan perbendaharaan gerak yang kaya dan berkomunikasi dengan siswa tentang gerakan yang dapat mereka ciptakan dalam lingkungan belajar yang menyenangkan bagi semua peserta didik. 

Penggunaan metode yang didasarkan pada proses penemuan dan teknik pemecahan masalah (guided discovery atau problem solving) memungkinkan semua peserta didik untuk menemukan metode  mereka sendiri dan cara-cara memecahkan masalah gerak. Berpikir kreatif dan pemecahan masalah yang sifatnya individual, yang bisa jadi sangat unik sifatnya pada setiap peserta didik sebagai pemecah masalah, bukan saja didorong tetapi menjadi ciri model ini.

Seluruh peserta didik dalam pendidikan gerak melakukan lebih banyak hal daripada hanya belajar keterampilan; mereka belajar menerapkan elemen gerak dan menciptakan solusi, baik untuk masalah gerak yang sederhana maupun yang kompleks. 

Dalam praktiknya, model pendidikan gerak menganjurkan guru mampu menyediakan tanda-tanda untuk pembelajaran problem solving melalui kata-kata: “peserta didik, hari ini kita akan mempelajari gerakan lokomotor yang mempunyai ciri aksi seperti per. Menurut kalian, gerakan apa saja yang memiliki ciri seperti itu?” Guru mengatakan begitu karena akan mendorong peserta didik untuk menemukan konsep dan komponen gerak seperti melompat (leaping), meloncat (hopping), melompat-lompat (skipping), menggeser (sliding), dan menderap (galloping). Anda sebagai guru kemudian menyajikan tanda-tanda pembelajaran tersebut dengan menggali bersama definisi dari elemen gerak untuk setiap keterampilan tersebut. 

Setelah secara formal menyajikan definisi dari meloncat (hopping), misalnya, Anda kemudian secara tidak langsung mengingatkan peserta didik bahwa ketika mereka melakukan loncat, adalah ketika kita melakukan travel dari satu kaki ke kaki yang sama, sedangkan ketika melompat (jumping) melibatkan beberapa tipe pola gerak yang berbeda. Dengan tanda-tanda ini dalam  benak peserta didik, siswa akan merasa didorong untuk mendemonstrasikan berbagai aksi seperti per dengan menciptakan rangkaian perpindahan gerak menggunakan aksi-aksi tersebut. Tugas seperti itu menekankan pendekatan pemecahan masalah secara murni.

Guru menyajikan tantangan gerak atau tugas dengan menggunakan metode yang mengembangkan kemampuan “produksi” di atas akan membantu tumbuhnya perasaan sukses pada peserta didik dengan menghargai kekhasan dan kemampuan masing-masing peserta didik. Satu cara untuk menyediakan tantangan adalah dengan menyajikan perluasan, yaitu dengan membuat tugas gerak menjadi lebih mudah atau lebih sulit sesuai kebutuhan.

Berikut adalah contoh tentang bagaimana Anda dapat menggunakan perluasan dengan pendidikan gerak. Pendekatan PJOK tradisional akan mengajarkan suatu keterampilan yang sama untuk semua peserta didik secara langsung, misalnya dengan meminta semua peserta didik melakukan roll depan. Dalam pendidikan gerak, Anda akan menggunakan perluasan dengan menyatakan: “Sebagian dari kalian mungkin mau mencoba tugas berikutnya seperti ini. Tetapi sebagian lagi mungkin mau tetap melakukan gerakan yang tadi (misalnya guling balok). Untuk yang mau mencoba, cobalah untuk membuat gerakan ke arah depan dengan menjaga agar dagu kalian menempel di dada dan mendorong tubuhmu dengan kedua tangan untuk membantu menyalurkan berat badan ke bahu kalian ketika berguling.” 

Atau, cara lain untuk menawarkan perluasan adalah dengan menyatakan,“Kalau kalian siap, kalian dapat mencoba...” atau, “Untuk kalian yang akan mencoba tugas yang lebih sulit, cobalah lakukan gerakan tadi di atas bangku…” Dengan memberi siswa pilihan dalam seluruh situasi pembelajaran seperti itu, guru membantu siswa untuk mengambil keputusan yang tepat bagi mereka dalam penyelesaian tugasnya.

Dengan sifatnya yang demikian, pendidikan gerak dikenal juga sebagai model PJOK yang mampu gembangkan kemampuan pengetahuan peserta didik. Hal itu dikarenakan seluruh gerakan yang dilakukan oleh peserta didik harus merupakan temuan peserta didik sendiri ketika peserta didik diminta untuk menghubungkannya dengan konsep-konsep gerak yang diungkapkan oleh guru, di samping sekaligus mengembangkan kemampuan keterampilannya. 

Para ahli berpendapat, bahwa lebih baik menantang dan meminta peserta didik untuk melakukan gerak yang secara verbal dipahami peserta didik, daripada yang dilihat peserta didik dari demonstrasi atau contoh dari guru. Dalam kaitan ini, Sheila Kogan, seorang ahli pendidikan gerak dari Amerika, mengatakan: “Jika peserta didik mampu memahami instruksi verbal guru, sampaikanlah instruksi dalam bentuk verbal. Sebaliknya, jika peserta didik tidak bisa memahami penjelasan verbal, barulah mereka diberi demonstrasi. Jika setelah diberi demonstrasi peserta didik tetap tidak mampu memahami, barulah dibantu secara kontak fisik.” Tetapi, sebaik-baiknya pengajaran PJOK, adalah pelajaran yang disampaikan guru secara verbal dan peserta didik memahaminya. Itulah pertanda bahwa peserta didik memahami secara pengetahuan tentang konsep gerak yang dimaksud.

b. Kelebihan Pendidikan Gerak 
Apakah yang menjadi kelebihan dari model Pendidikan Gerak dibandingkan dengan PJOK tradisional? Beberapa ahli menggarisbawahi kelebihan-kelebihan dari model pendidikan gerak seperti diuraikan di bawah ini.
  1. Siswa diarahkan untuk menemukan jawaban melalui praktik untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Misalnya siswa harus mencari jawaban tentang “bagaimana pergerakan bola bila bola ditendang pada bagian titik bawah menggunakan kaki bagian dalam” maka untuk menemukan jawabannya peserta didik “mencoba menendang bola dengan cara tersebut” sehingga mereka menemukan sendiri jawabannya. Peserta didik yang berhasil menemukan gerakan sendiri, mendapat penghargaan dari guru berupa pujian, dan guru akan terus menanyakan kemungkinan lebih lanjut dari gerakan yang dapat ditemukan selanjutnya. Tidak perlu ada contoh dan guru tidak menyinggung sama sekali tentang konsep olahraga atau teknik dasar.
  2. Pendekatan pengajaran dalam pendidikan gerak lebih menekankan pada tumbuhnya kemampuan memproduksi gerak-gerak baru dalam khasanah pengalaman gerak peserta didik, pada dasarnya siswa sedang dilatih untuk bersikap kreatif untuk mencipta hal-hal yang baru. Dan ketika siswa terus menerus diberi  pengukuhan (reinforcement) secara verbal untuk memecahkan masalah gerak, terutama yang bersifat kreatif, maka bukan mustahil bahwa pembelajaran model pendidikan gerak akan menjadi wahana penumbuhan kreativitas kepada peserta didik.
  3. Pembelajaran yang menekankan pendekatan pola gerak bebas, di mana peserta didik bisa bergerak bersamaan dalam ruangan secara serentak, sehingga semua siswa bisa aktif bersama. Model ini pun disinyalir sebagai pembelajaran yang mengurangi kecenderungan perintah guru dan tumbuhnya “look at him/her syndrome”, di mana biasanya siswa merasa tidak nyaman, maka model inipun dipercayai dapat menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik serta mengurangi kecenderungan “memberi malu” pada peserta didik di depan publik.

c. Keuntungan bagi Guru dan bagi Siswa
Seperti telah diuraikan dalam banyak kalimat di bagian-bagian sebelumnya, model pendidikan gerak dipandang dapat memberikan manfaat atau keuntungan yang nyata bagi peserta didik dan bagi guru seperti di bawah ini:
1) Keuntungan untuk Siswa:
  • Menumbuhkan gambaran diri yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri.
  • Melatih berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
  • Memperkaya perbendaharaan gerak dan sekaligus memahami konsep gerak.
  • Menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas.
  • Melatih tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab sosial.
  • Memperoleh keriangan kelas yang mempengaruhi tumbuhnya sikap dan karakter positif.
  • Melatih keterampilan dan interaksi sosial.
  • Menumbuhkan sikap egaliter dan paham kemajemukan dari nuansa kelas yang menerima dan tidak mempermasalahkan untuk memperoleh jawaban bervariasi.
  • Menumbuhkan sikap dan jiwa kooperatif karena kelas tidak menyediakan suasana kompetitif atau kompetitifnya rendah.
2) Keuntungan untuk Guru:
  • Dapat memahami apa yang menjadi pemikiran atau yang ada dalam kepala peserta didik.
  • Menyesuaikan pengajaran berdasarkan respons peserta didik.
  • Lebih berinteraksi dengan peserta didik.
  • Menjadikan arena pembelajaran sebagai sarana untuk mendidik peserta didik menjadi lebih utuh dalam aspek fisikal dan motoriknya, aspek mental dan kejiwaan peserta didik, serta aspek keterampilan sosialnya.

d. Model spectrum of Teaching Style, di mana spektrum tersebut berada di antara serangkaian gaya, dari gaya mengajar berpusat pada guru hingga gaya mengajar berpusat pada peserta didik.

a. Gaya Mengajar Komando: guru memberi demonstrasi dan penjelasan, kemudian seluruh peserta didik melakukan gerakan beberapa kali, dengan arahan guru. 

b. Gaya Mengajar Latihan: guru memberi demonstrasi dan penjelasan,dilakukan dalam beberapa tahap sehingga peserta didik paham, kemudian peserta didik melakukan, dan guru berada di antara mereka untuk memperbaiki.

c. Gaya Mengajar Resiprokal: guru mempersiapkan lembar tugas gerak yang harus dilakukan peserta didik, guru memberi demonstrasi dan penjelasan serta klarifikasi lembar tugas resiprokal. Peserta
didik melakukan dan temannya mengamati lalu mengisi lembar pengamatan secara bergantian. Guru berada di antara peserta didik untuk membetulkan kesalahan dan membantu dalam pengamatan jika diperlukan. 

d. Gaya Mengajar Penugasan: dalam gaya mengajar ini, guru menentukan tugas dan peserta didik diberi kesempatan untuk membuat keputusan apa yang akan mereka lakukan. Tugas dibagi dalam beberapa level. Pada level pertama, seluruh peserta didik melakukan tugas yang sama, dengan tahap yang mereka mampu. Pada level kedua, setiap peserta didik melakukan tugas sesuai dengan capaian pada level pertama. Pada level selanjutnya, peserta didik menerima serangkaian tugas yang mereka bertanggungjawab untuk menyelesaikannya. Guru menyediakan sumber informasi, tetapi peserta didik harus memperkaya dengan sumber-sumber lain yang sesuai. 

e. Gaya Mengajar Penemuan Terpimpin: dalam gaya mengajar ini, guru memberikan tugas melakukan gerak, dan peserta didik diberi kebebasan untuk bagaimana melakukan gerak. Misalnya: guru memberi arahan “Berdiri dalam posisi siap dan melompat sejauh mungkin di atas matras” maka peserta didik akan melakukannya dengan berbagai cara. 

f. Gaya Mengajar Pemecahan Masalah: gaya ini hampir sama dengan penemuan terpimpin, jika pada gaya penemuan terpimpin, peserta didik diarahkan untuk menemukan jawaban yang sama, dalam gaya pemecahan masalah, peserta didik dapat memberikan jawaban yang berbeda. Misalnya guru memberikan masalah “bagaimana caranya supaya kita dapat mendarat dengan aman dan sejauh mungkin dari posisi sebelum melompat?” 

g. Gaya Mengajar Eksplorasi: adalah gaya mengajar yang berpusat pada siswa, guru memberikan tugas gerak yang memungkinkan peserta didik untuk bergerak bebas melakukan tugas sesuai yang mereka inginkan. Guru hanya memberi sedikit arahan. Gaya ini dapat dipergunakan untuk mengenalkan suatu konsep, peralatan yang baru dikenal, atau untuk mengetahui apakah peserta didik menyukai tugas gerak. Misalnya: “Temukan berapa gerakan menendang bola yang bisa dilakukan?”

Guru dapat memiliki metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan dan situasi kelas atau kesiapan peserta didik. Dalam konteks belajar gerak, pembelajaran dilakukan dengan melalui tiga tahapan pembelajaran pendidikan jasmani, yaitu:
  1. Tahapan Kognitif: pada tahap ini, guru memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang gerak baru, tentang apa, dan bagaimana gerakan dilakukan.
  2. Tahapan Motorik: selanjutnya adalah tahapan motorik, setelah peserta didik dapat menjawab persoalan kognitif dan membentuk organisasi pola gerak yang efektif untuk menghasilkan gerak dengan membangun kemampuan kontrol serta konsistensi sikap berdiri, rasa percaya diri.
  3. Tahapan Otomatisasi: setelah banyak melakukan latihan maka peserta didik akan memasuhi tahap otomatisasi secara berangsur-angsur.
Gerak sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat.

Penggunaan Sarana dan Prasana
Sarana dan prasarana pendidikan juga sebagai salah satu dari unsur  manajemen pendidikan yang memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar, sarana pendidikan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan sarana prasarana pendidikan juga digunakan untuk mempermudah pemahaman peserta didik tentang materi yang disampaikan dengan menggunakan sarana prasarana pendidikan yang tepat dalam program kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efesien. Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan kegiatan belajar mengajar akan menjadi lebih bermakna dan berkualitas serta menyenangkan.

Berkaitan dengan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran PJOK, idealnya yang harus dilakukan oleh guru PJOK adalah mengidentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana menggunakan pisau bedah kompetensi dasar yang akan diajarkan di SMP/MTs, setelah itu mengecek ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah. Hasil pendataan ini sebaiknya dikomunikasi dengan kepala sekolah dan dianggarkan secara khusus untuk keperluan di dalam RKAS sekolah.

Apabila sekolah tidak dapat menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, maka di sini dituntut kreativitas guru sangat diperlukan, untuk membuat modifikasi media pembelajaran PJOK. Demikian juga guru dapat menyesuaikan aktivitas yang dipilih, sesuai dengan ketersediaan sarana dan prasarana, dan tetap melakukan pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. 

Keamanan dan Keselamatan dalam Pembelajaran
Hal terpenting dalam pembelajaran PJOK adalah terpenuhinya aspek dalam prosedur keamanan dan keselamatan. Peserta didik harus dapat melakukan atau unjuk kerja dengan aman dan selamat, sesuai kompetensi yang diharapkan, dan terjadi peningkatan keterampilan sesuai dengan tantangan melakukan unjuk kerja gerak. Peserta didik juga belajar untuk menilai kerja yang mereka lakukan dan juga menilai rekannya. Selain itu, peserta didik juga harus mampu beradaptasi, memodifikasi dan meningkatkan kemampuannya. Karena itu perlu diketahui prosedur keamanan dan keselamatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, yang memiliki tujuan prosedur keamanan dan keselamatan pembelajaran penjas adalah untuk memastikan peserta didik melakukan aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga dengan aman dan selamat. Keamanan dan keselamatan meliputi kemanan dan keselamatan dalam sarana, prasarana, penggunaan alat dan teknik melakukan, serta keselamatan dari perilaku kekerasan verbal.

Penilaian 
Mata pelajaran PJOK merupakan mata pelajaran yang unik, di dalam penilaian fokusnya tidak hanya pada penilaian proses dan hasil belajar terhadap pencapaian kompetensi dasar yang diinginkan, namun ada hal lain yang harus dinilai oleh guru PJOK, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Penilaian terhadap anak
a. Penilaian kesehatan, dilakukan oleh dokter.
b. Postur (tinggi dan berat badan), dilakukan oleh guru.
c. Kebugaran fisik, dilakukan oleh guru/peserta didik.

2. Penilaian fasilitas dan peralatan, meliputi faktor keselamatan, kesesuaian, dan efisiensi.

Dalam evaluasi dilakukan asesmen atau penilaian terhadap kemajuan peserta didik, untuk melihat apakah pengalaman belajar yang direncanakan tercapai. Penilaian meliputi tiga aspek utama yaitu afektif (sikap dan perilaku), psikomotor (keterampilan motorik dan kebugaran) serta pengetahuan.

Beberapa teknik untuk melakukan penilaian adalah: pengamatan, tes tulis, tes unjuk gerak. Seluruh hasil penilaian dicatat dan dilaporkan kepada sekolah dan orang tua.

Pengorganisasian Kelas (Langkah-Langkah Pembelajaran)
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru Pendidikan Jasmani dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah seluruh peserta didik, baik laki-laki maupun perempuan harus mendapat kesempatan yang sama, pola pengelolaan pembelajaran sebagai berikut.

1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal sebaiknya dikemas dengan cara berikut ini, namun apabila menurut guru ada cara lain yang lebih efektif dan efisien maka sangat diperkenankan untuk menerapkan hal tersebut.

a. Guru masuk kelas dengan ekspresi yang mendatangkan kenyamanan bagi peserta didik.
b. Mintalah ketua kelas untuk membariskan teman-teman dalam bentuk bersyaf, berbanjar atau membentuk setengah lingkaran.
c. Tugaskan satu orang peserta didik untuk memimpin doa (harapan seluruh peserta didik mendapatkan giliran untuk memimpin doa selama pembelajaran PJOK di Kelas IX ini).
d. Guru mempertanyakan kondisi kesehatan peserta didik, dan sekaligus mengecek kebersihan kuku, rambut, dan pakaian, bila menemukan yang tidak sesuai dengan aturan, nasihati anak secara santun dan tidak di depan teman-temannya.
e. Sebelum melakukan kegiatan inti, maka lakukan dulu pemanasan yang dipimpin oleh salah seorang peserta didik yang dianggap mampu atau guru. 
f. Guru mempertanyakan tentang arti penting pemanasan sebelum melakukan aktivitas fisik, misalnya “menurut kalian apakah perlu kita melakukan pemanasan sebelum melakukan aktivitas olahraga” setelah peserta didik memberikan berbagai argumen, barulah guru menyampaikan tentang arti penting pemanasan sebelum melakukan aktivitas fisik yaitu untuk menyiapkan otot dan sendi tubuh untuk menerima beban yang lebih berat, meningkatkan kecepatan perjalanan sinyal saraf yang memerintah gerakan tubuh sehingga memudahkan otot-otot berkontraksi dan rileks secara lebih cepat dan efisien, meningkatkan kapasitas kerja fisik, mengurangi adanya ketegangan otot, meningkatkan kemampuan jaringan penghubung dalam gerakan memanjang atau meregang, meningkatkan kondisi tubuh secara psikologis, karena pemanasan mampu membangun kepercayaan diri dan rasa nyaman. Harapannya peserta didik memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang arti penting melakukan pemanasan sebelum melakukan aktivitas fisik, walaupun tanpa pengawasan dari guru.
g. Sampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh peserta didik setelah pembelajaran.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti yang harus dilakukan oleh guru antara lain sebagai berikut.
a. Mintalah salah seorang peserta didik yang dikategorikan mampu untuk memperagakan gerak sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu dan peserta didik yang lainnya diminta untuk memperhatikan.
b. Guru memotivasi peserta didik untuk bertanya, dengan cara guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang pemainan sepak bola atau mengajukan permasalahan.
c. Peserta didik ditugaskan secara perorangan atau berpasangan untuk belajar berbagai keterampilan gerak menendang bola dengan berbagai variasi, memberhentikan/mengontrol bola bervariasi dengan berbagai bagian tubuh, menggiring bola berbagai variasi, melakukan lemparan ke dalam, dan materi lain yang dianggap penting oleh guru.
d. Selama proses pembelajaran, perilaku peserta didik harus diamati dan berikan perbaikan terhadap penyimpangan perilaku peserta didik dengan cara yang santun.
e. Kegiatan pembelajaran dilakukan dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang rumit serta dari yang ringan ke yang berat.
f. Pada saat peserta didik melakukan gerakan, guru mengawasi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan gerakan yang dilakukan oleh peserta didik.
g. Dalam mengajarkan materi aktivitas air guru dapat memodifikasi alat pembelajaran.

3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru antara lain sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan kemajuan yang diperoleh peserta didik secara umum, dan menyampaikan peserta didik yang paling baik dan yang rendah penampilan keterampilan gerak yang dipelajari pada hari itu.
b. Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik yang mampu melakukan aktivitas gerak dengan baik, dan memberikan tugas remedial kepada peserta didik yang belum mampu melakukan aktivitas gerak dengan baik.
c. Guru melakukan tanya-jawab dengan peserta didik yang berkenaan dengan materi pembelajaran yang telah diberikan. 
d. Melakukan pelemasan yang dipimpin oleh salah seorang peserta didik yang dianggap mampu atau guru, dan menjelaskan kepada peserta didik tujuan dan manfaat melakukan pelemasan setelah melakukan aktivitas fisik/olahraga yaitu agar dapat melemaskan otot dan tubuh tetap bugar (segar).
e. Memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan dikerjakan di rumah dalam bentuk portofolio atau makalah dan pada pertemuan terakhir. Dalam pemberian tugas ini jangan terlalu memberatkan bagi anak, tugas ini baiknya secara berkelompok.
f. Setelah melakukan aktivitas pembelajaran sebaiknya seluruh peserta didik dan guru berdoa, dan mempersiapkan diri untuk pembelajaran berikutnya.

    Download Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018 ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018



    Download File:
    Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018.pdf

    Untuk Buku SMP MTs Kelas IX (9) Kurikulum 2013 Revisi tahun 2018 mata pelajaran lainnya (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, Matematika, PPKn, Prakarya dan lain-lain), silahkan lihat dan download pada link di bawah ini:
    Buku Guru SMP MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2018

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018. Semoga bisa bermanfaat.

    Sumber https://www.berkasedukasi.com/

    Belum ada Komentar untuk "Buku Guru PJOK SMP MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel