Kenapa Orang Yahudi Memanjangkan Jambangnya, Memakai Jas dan Topi Bundar (Fedora)?
Jika kita melihat orang-orang Yahudi di internet, TV, media dan sebagainya pastinya kita melihat mereka memakai pakaian yang seragam. Hampir semuanya memakai jas hitam panjang dan topi bundar (fedora). Tidak hanya itu, mereka juga memanjangkan jambang-jambang mereka yang kita lihat lucu juga.
Itu yang membuat saya penasaran dan curious. Kira-kira kenapa mereka memanjangkan jambangnya? kenapa mereka memakai topi fedora dan kenapa memakai jas panjang berwarna hitam.
Pembahasan kali ini masuk kedalam kategori mengenal Agama. Pastinya membaca atau tidaknya artikel ini tidak menambah atau mengurangi iman seseorang. Tulisan ini hanya sebagai wawasan tambahan kita.
Perlu pembaca ketahui, mencari informasi lengkap mengenai topik ini sangat sulit. Saya sendiri belum menemukan buku yang benar-benar membicarakan bagaimana cara berpakaian kaum Yahudi yang membahas jas dan topi fedoranya. Informasi yang saya dapat sendiri adalah hasil pemahaman saya dari situs-situs website Yahudi dan berbahasa Inggris serta juga dari Youtube. Oleh karenanya tentu masih banyak kekurangan informasi yang saya bagikan, pun juga mungkin jika ada kesilapan mohon diperbaiki dikolom komentar.
Jadi temen-temen, dalam ajaran Yahudi juga mengatur cara berpakaian dengan sebutan Kosher. Istilah ini dalam agama Islam spesifiknya hampir disamakan dengan halal-haram dalam Islam. Jika Islam mengatur bagaimana pakaian yang sesuai syar'i (halal) dan juga yang dilarang (haram), begitu pula dengan ajaran Yahudi ini. Mengenai Kosher sendiri in sya Allah akan saya bahas di postingan berikutnya.
Mengenai jambang Yahudi ini saya kutip dari tulisan Andy Naburju di kompasiana. Sebenarnya tidak semua Yahudi memanjangkan jambangnya, melainkan hanya Yahudi Orthodox sesuai interpretasi mereka atas intruksi yang ada dalam Torah. Dan juga ada perbedaan style antara sekte Heredi, Yemenite dan Hasidic.
Jambang ini oleh Yahudi disebut dengan Peyot. Kata peyot, yang juga disebut pe'ot, pe'at, payot, adalah bentuk jamak dari pe'ah. Kata pe'ah artinya sudut atau samping. Orang Yahudi Yemenite menyebutnya dengan istilah simanin/simonim yang secara harfiah artinya tanda-tanda (signs), karena jambang rambut tepi yang panjang merupakan ciri yang membedakan mereka dengan masyarakat Yaman muslim.
Pemakaian peyot bagi orang Yahudi Ortodoks berdasarkan pada penafsiran perintah di dalam Imamat 19:27, yaitu tentang larangan mencukur tepi rambut kepala. Dikatakan, "Janganlah kamu mencukur tepi rambut kepalamu berkeliling dan janganlah kamu merusakkan tepi janggutmu". Para rabi Yahudi menafsirkan kata pe'at di ayat tersebut sebagai rambut di depan telinga yang memanjang sampai ujung tulang pipi, sejajar dengan hidung. Karena itu mereka tidak mau memotongnya, bahkan membiarkannya sampai panjangnya melebihi tulang rahang.
Menurut Maimonides, panggilan untuk Modes ben Maimon, seorang filsuf Yahudi terkemuka abad pertengahan, mencukur rambut tepi kepala adalah kebiasaan kafir. Di Mishnah ditegaskan bahwa peraturan ini hanya berlaku bagi laki-laki.
Mengenai Mishah saya menyarankan untuk membaca artikel ini: Bunyi Doktrin-Doktrin Talmud Yang Mencengangkan (Kitab Yahudi ke-2)
Soal seberapa panjangkan Peyot ini saya mencoba menelusuri situs website Yahudi, chabbad.org. Dijelaskan panjang sebuah payot masih diperselisihkan. Beberapa orang memanjangkan sampai di bawah telinga, sementara yang lain sampai ke sisi telinga, yaitu, "tempat di mana tulang rahang atas dan bawah bertemu." Mereka harus berkonsultasi dahulu kepada Rabi mereka pendapat mana yang harus diikuti.
Meski diijinkan memangkas peyot, beberapa, terutama di kalangan Hassidic tertentu, memiliki kebiasaan untuk tidak pernah memotong peyotnya. Ada berbagai kebiasaan lain tentang peyot: ada yang menyembunyikan ke belakang telinga, membungkusnya di sekitar telinga atau memutar-mutarnya hingga panjang. Beberapa kebiasaan ini didasarkan pada ajaran mistis, sementara yang lain lebih didasarkan pada norma masyarakat. Tapi yang penting diingat adalah bahwa semua kebiasaan berbeda ini diluar persyaratan dasar peyot.
Kemudian mengenai pakaiannya orang Yahudi. Kalau dipelajari lebih dalam, Yahudi punya cara berpakaian yang rumit. Mulai dari cara pakai, dipakai untuk apa, dipakai oleh siapa bahkan dari bahan apa dibuat. Oleh karenanya yang saya bahas ini bagian umum-umum saja. Untuk pembahasan lanjutnya kita bahas di postingan baru mudah-mudahhan, in sya Allah.
Kenapa berpakaian serba hitam? shamash.org menjawabnya. Hitam adalah warna Gevurah (severty), dan dengan demikian merupakan pakaian yang sesuai secara simbolis untuk kegiatan penting (ibadah, hari raya, dll.) Mereka yang mengenakan pakaian semacam itu sepanjang minggu menunjukkan bahwa kehidupan sehari-hari mereka juga terikat dalam divrei Yirah shamayim (fearing heaven).
Perlu dicatat bahwa warna hitam adalah warna tradisional untuk pakaian formal di antara banyak kalangan di abad 18 Masehi. Pakaian orang Yahudi Hassidic didasarkan pada apa yang dipakai Rebbes pertama, dan pada umumnya mewakili warna yang dikenakan oleh orang Polandia dan Eropa tengah lainnya.
Apakah ada sumber dalam ajaran Yahudi untuk memakai pakaian hitam? Tidak. Sebaliknya, fedora (topi bundar) dan jas umum adalah usaha untuk menyajikan penampilan yang seragam. Hal ini mirip dengan Hassidim, yang mengubah model pakaiannya pada saat pendirian mereka menjadi seragam (semua memakai hitam) untuk mendefinisikan keanggotaan dan melestarikan keunikan budaya mereka.
Walaupun yang tampak pada kita mereka memakai jas hitam, sebenarnya ada pakaian penting lagi yang harus mereka kenakan yaitu Tallit Katan. Jika diperhatikan ini lebih kepada pakaian dalamnya umat Yahudi Ortodox laki-laki yang harus dikenakan. Dikenal juga dengan sebutan Tzitzit. Selengkapnya baca ulasannya: Tallit (טלית) atau At-Tayalisah (الطَّيَالِسَةُ), Selendang Ibadah Kaum Yahudi
Mengenai pemakaian jas sendiri juga banyak model, ada Bekishe, Kapoteh dan Rekel setidaknya itu yang saya tahu.
Bekishe, atau beketshe, adalah mantel panjang, biasanya terbuat dari sutra hitam atau poliester yang dipakai oleh orang-orang Yahudi Hasidic, dan oleh beberapa orang non-Yahudi Hasidim Heredim. Bekishe ini dipakai terutama pada liburan Shabbat dan liburan Yahudi, atau di pesta pernikahan dan acara lainnya. Rabbi Hassidim yang memakai bekishe selama seminggu akan memakai versi yang lebih banyak hiasan untuk Shabbat, sering dilapisi beludru atau beberapa warna lain atau selain hitam.
Bagi pria Heredim yang sudah menikah memakai Kapoteh atau Frak. Memiliki jahitan yang unik dibandingkan Bekishe serta bisa terbuat dari wol dan sutra.
Untuk jas yang dipakai sehari-hari dari minggu hingga jumat (Yahudi libur pada hari sabtu yang disebut Sabbat) adalah Rekel. Sebelum penggunaan rekel sebagai pakaian standar Hasidic, mantel Hasidic umumnya tidak berbentuk, jubah putih dengan garis hitam atau multi-warna, disatukan oleh gartel (haduh gartel lagi, entarlah kapan-kapan saya jelaskan apa itu gartel). Perubahan dalam pakaian Hasidic terjadi menjelang akhir abad ke-19. Gaya lama masih dipertahankan oleh banyak komunitas di Yerusalem, bahkan yang non-Hasid.
Meskipun rekel itu dimaksudkan untuk penggunaan di hari kerja, beberapa Hasidim mengenakannya di Shabbat.
Kemudian kenapa memakai topi? sebenarnya alasannya sama seperti penggunaan jas seperti yang sudah dijelaskan diatas. Topi yang banyak dipakai oleh orang Yahudi ini disebut dengan Fedora atau Homburg. Karena dahulu pada awal abad ke-20 pakaian jas dan topi fedora menjadi pakaian umum oleh orang-orang eropa (coba lihat filmnya Charlie-Chaplene) hingga komunitas sekte Heredim dan Yahudi Orthodox lainnya menjadikan mode fashion ini sebagai pakaian khas mereka sehari-hari.
Mengenai pakaian kepala, ada satu jenis pakaian yang harus dipakai oleh Yahudi yaitu Yarmulke atau Kippah. Semacam peci bulat yang mirip dipakai juga sama ummat Islam dan juga dipakai oleh Paus di Vatikan. Merupakan topi setengah bola yang dipakai sesuai perintah agama mereka untuk menutup kepala. Kippah ini tidak saja dipakai oleh kaum Yahudi Orthodox melainkan juga Yahudi konservatif, Yahudi modern bahkan penganut Zionism.
Jadi mereka selain memakai topi fedora juga didalamnya ada kippah. Tidak hanya fedora, pakaian kepala mereka juga memiliki banyak model seperti Kashket, Kolpik, Sthreimel dan Spondik.
Kashket adalah topi, biasanya dibuat dari felt, dipakai terutama oleh anak-anak Yahudi Hasidic sebagai alternatif Kippah. Sejak awal abad ke-20 sampai Perang Dunia Kedua, banyak orang Yahudi Rusia dan Yahudi Polandia mengenakan topi ini sebagai bagian dari pakaian sehari-hari mereka.
Topi jenis ini diperkenalkan pada awal abad ke-19, sebagai pakaian kerja yang murah dan praktis untuk para pelaut dan pekerja pabrik di Eropa. Menjadi populer di kalangan masyarakat Yahudi Rusia perkotaan sebagai tanggapan atas otoritas yang melarang pakaian kepala Yahudi yang lebih tradisional.
Pada pertengahan abad ke-19 topi ini dipakai setiap hari oleh anak laki-laki Yahudi Hasidic di Inggris, Jerman, Rusia, Polandia, dan Amerika dari zaman Victoria sampai pertengahan abad ke-20. Namun pada hari ini umumnya terbatas pada Shabbat dan acara formal lainnya.
Kolpik adalah sejenis tutup kepala tradisional yang dipakai keluarga Rabbi Hasidim, oleh anak-anak yang belum menikah di Shabbat, dan oleh Rabbi sendiri pada acara-acara khusus.
Shtreimel adalah topi bulu yang dikenakan oleh banyak pria Yahudi ultra-Ortodoks yang sudah menikah, terutama (walaupun tidak eksklusif) kelompok Hasidim, pada hari Sabat dan hari libur Yahudi dan acara-acara perayaan lainnya. Di Yerusalem, shtreimel juga dipakai oleh Yahudi Yerushalmi (non-Hasidim yang termasuk dalam komunitas Ashkenazi asli).
Spodik adalah topi bulu tinggi yang dikenakan oleh beberapa Yahudi Haredi Hasidic, terutama anggota sekte yang berasal dari Kongres Polandia.
Jika kita lihat sekilas maka kolpik, shreimel dan spondik memiliki bentuk yang hampir sama. Sebenarnya mereka berbeda dan memiliki ciri khas tertentu. Kolpik terbuat dari bulu coklat, sedangkan spodik yang dikenakan oleh dinasti chassidic Polandia dibuat dari bulu hitam. Shtreimel terdiri dari beludru melingkar besar yang dikelilingi bulu. Biasanya dipakai hanya setelah menikah, kecuali di banyak komunitas Yerushalmi, di mana anak laki-laki memakainya dari mitzvah bar mereka. Daripada spondik, shtreimels lebih pendek, lebih lebar, dan berbentuk melingkar. Spodiks di sisi lain panjang, tinggi, tipis, dan silindris. Ada banyak jenis spodiks, ada juga yang agak mirip dengan shtreimel.
Mengenai pakaian kepala, rasanya tidak lengkap jika tidak dimasukkan Tallit Gadol, Adalah kain ibadah yang digunakan selama ibadah pagi (ibadah shacharit) dalam agama Yahudi, juga pada pembacaan Taurat, dan hari raya pendamaian (Yom Kippur). Pemakaian benda ini sesuai perintah dari Kitab Bilangan pasal 15.
Kain Tallit Gadol ini uniknya sering digunakan oleh sebagian orang untuk dibanding-bandingkan atau disama-samakan dengan shemagh atau ghutra yang sering dan banyak digunakan oleh kaum Arab Saudi, Dubai, Qatar, Bahrain dan sekelilingnya. Mengenai hal ini simak ulasan saya yang lalu: Shemagh/Ghutra Bukan Pakaian Khas Salafi Saudi & Tidak Bisa Disamakan Dengan Tallit Yahudi
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa mode cara berpakaian kaum Yahudi di era modern ini terbagi dua. Ada yang berdasarkan perintah agama seperti Peyot, jenggot, Tallit Katan, Kippah, Tallit Gadol dan sebagainya. Ada juga yang karena faktor historis seperti Bekishe, Kapoteh, Rekel, Kashket, Kolpik, Sthreimel, Spondik, Fedorah dan sebagainya. Mudah-mudahan tulisan ini menjawab rasa penasaran kita selama ini.
Belum ada Komentar untuk "Kenapa Orang Yahudi Memanjangkan Jambangnya, Memakai Jas dan Topi Bundar (Fedora)?"
Posting Komentar