4 November 2016; Peristiwa Hilangnya Presiden Indonesia
Mungkin ini akan menjadi cerita unik yang boleh saya ceritakan kepada anak cucu saya nantinya. Cerita tentang peristiwa besar hilangnya presiden Indonesia pada tanggal 4 november 2016. Dan ini juga bisa jadi pelajaran moral buat anak cucu kita nantinya sebagai iktibar dan renungan. Bagi anda yang sempat merasakan ataupun melihatnya baik secara langsung maupun tidak langsung pastinya anda tidak akan pungkiri peristiwa besar yang terjadi pada hari itu.
Jauh-jauh sebelum peristiwa 4 november itu ribuan bahkan jutaan massa Islam menghendaki keinginan bertamu ke Istana negara untuk berjumpa presiden. Tidak hanya di Jakarta yang menjadi sentral pemerintahan, massa itu datang dari berbagai tempat mulai dari Aceh sampai timur Indonesia.
Penyebab keinginan massa umat Muslim ingin menjumpai bapak Presiden adalah karena ulah kawan dekatnya yang juga sekaligus menjadi Gubernur Jakarta yang pada pemilu berikutnya mencalonkan diri sebagai Gubernur periode berikutnya. Ahok sebutannya, ia telah menistakan Al-Quran dan Ulama tentang instrumen ayat Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51 tentang larangan memilih pemimpin non-muslim. Kebetulan pak Ahok ini seorang non-muslim.
Karena itulah ummat Muslim ingin mengadu kepada Presiden tercinta yang dielu-elukan kedigjayaannya itu. Sebagaimana yang saya kutip dari sindonews.com pada tanggal 3 November, sehari menjelang peristiwa besar itu bahwa Presiden akan tetap ada di Istana negara. "Presiden di sini, saya di sebelah. Ya kita konsultasi kalau ada apa-apa. Tidak akan meninggalkan tempat," ujar JK (wakil presiden dikala itu) di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (3/11/2016).
Hal senada juga disampaikan Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini berjanji akan tetap berkantor seperti biasa, meski kantornya akan digeruduk para demonstran.
Saat ditanya mengenai kemungkinan Jokowi untuk menemui atau menerima para demonstran, mantan Gubernur DKI Jakarta itu enggan memberi jawaban secara pasti. "Ya besok lah, yang jelas saya ada di Jakarta," tandasnya.
Bapak presiden sepertinya senang sekali, karena jika biasanya ia senang blusukan menyambangi rakyatnya. Kini rakyatnya yang menemuinya, sepertinya ia sangat senang. Ummat Muslim pun bahagia karena akan berjumpa dengan presiden negaranya itu pada tanggal 4 november tersebut.
Manung menjelang hari H keadaan menjadi berubah. bapak presiden kelihatan ketakutan. Ini soal penegakan hukum atas Ahok yang secara konstitusi Indonesia pada masa itu bagi penista agama harus dihukum. Tapi kawannya itu malah mengancam bapak presiden jika ia berani menghukumi si penista agama. Dalam aku twitter (salah satu media sosial pada masa itu) Ahok akan mengancam membongkar kecurangan bapak jowoki yang mulia itu,
“Jika Pak Presiden Jokowi izinkan Bareskrim untuk periksa saya, kecurangannya saya ungkap ke publik”, tulis akun tersebut 20 Oktober 2016, seperti dikutip PortalPiyungan.com.
Sontak kemudian ummat Muslim terkejut, kecurangan apa yang dilakukan bapak Presiden yang mulia itu sehingga kawan dekatnya berani mengancam seperti itu?. Namun, postingan ancama itu kemudian diapus tetapi sempat dicapsture oleh netizen yang akhirnya meninggalkan jejak bukti.
Dengan seperti itu karena kita negara hukum yang harus adil. Malah kasus penista agama ini ditekankan agar segera mungkin diselesaikan. Paling tidak kita mendapat 2 jawaban, pertama si penista agama dapat diselesaikan dan keadilan ditegakkan serta kedua kecurangan yang disebutkan itu terbongkar. biar ummat muslim dikala itu tenang.
Semakin kemari gelegat pemerinta semakin aneh, mereka seperti ketakutan menerima tamu 4 november tersebut. Dari massa pendukung penista agama mulai menyebar pasukan-pasukan dan strategi agar manusia yang didukungnya tidak tergores. Salah satunya mereka mencoba meminta hujan, agar acara besar 4 November itu gagal.
Dari berita yang saya kutip dari intelijen.co.id mengatakan, Informasi ala supranatural itu diungkapkan praktisi metafisika Ki Gendeng Pamungkas kepada intelijen (01/11). “Ada 12 dukun yang diminta pihak Jokowi untuk mendatangkan hujan dan menjaga kekuasaannya saat demo besar 4 November 2016,” ungkap Ki Gendeng.
Sedangkan laporan dari BMKG seperti yang dilansir okterus.com memprediksikan untuk hujan bakal turun dengan derasnya dari pagi sampai malam di hari Jum’at, 4 November 2016. Pagi hari, hujan ringan bakal terjadi di semua wilayah sekitar Jabodetabek kecuali sekitaran Bekasi dan Jakut. Selanjutnya hujan lebat dengan disertai petir bakal terjadi di seluruh wilayah Jabodetabek, kecuali Jakut dan Kepulauan Seribu yang bakal terjadi hujan sedang saja.
Melihat berita itu semakin iya saja jika acara akbar bertamu 4 November itu gagal, sedangkan jutaan tamu dari seluruh penjuru sudah siap dan bahkan sudah berangkat menuju Jakarta.
Semakin menjelang hari H gelegat bapak Presiden ternyata makin aneh saja. Lima hari mejelang acara Ia menjumpai bapak Prabowo, banyak yang mengatakan jika bapak Jokowi bertemu dengan rivalnya pada pilpres 2014 itu untuk membahas aksi 4 November itu. Beberapa hari menjelang acara bapak Presiden mengundang ormas Islam seperti Muhammadiyah, PBNU dan MUI tentang acara akbar 4 November itu. Bapak presiden terkesan menghindar.
Ummat Muslim mulai kebingungan melihat gelegat presiden. Sedangkan jutaan ummat Islam sudah berangkat dengan suka cita menyambut hari yang mulia itu (jumat). Sebagian sudah sampai di Jakarta dan sebagian masih diperjalanan. Tempat penginapan dan logistik tamu-tamu dipenuhi oleh warga setempat secara suka rela.
Subuh, 4 November 2016 merupakan subuh yang luar biasa. Masjid Istiqlal yang menjadi masjid terbesar dan termasyur itu dipenuhi oleh jamaah dari berbagai penjuru. Ini hari H, hari yang ditunggu-tunggu untuk bertemu dengan presiden tercinta.
Jarun jam terus berjalan, sedari pagi orasi-orasi dari pemuka agama terus bersahutan dan takbir terus menggema menunggu pukul 1 siang sebagai acara intinya. Tak ada niat lainnya melainkan untuk membela Al-Quran dari penistaan dan untuk bertemu presiden tercinta.
Tapi sayang, apa-apa yang diprediksi kan tidak terjadi. Hujan yang diharapkan juga tidak turun. Langin berawan dengan mendung seolah-olah melindungi para tamu-tamu ini dari terik mentari. Apa-apa yang dimakarkan para penista agama itu tidak terjadi.
Kepala Bidang Layanan Cuaca BMKG Ana Oktavia mengungkapkan, hujan di Jakarta tidak turun sesuai prediksi karena perubahan kondisi angin di Jabodetabek. Hujan hanya turun di Jakarta Selatan, Depok, dan Bogor, tetapi tidak di Jakarta Pusat.
Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra mengatakan, divergensi angin pada dasarnya adalah penyebaran arah angin. Ini bertolak belakang dengan pertemuan angin yang biasanya menyebabkan hujan.
Akibat divergensi, kandungan uap air yang cukup basah di wilayah Jabodetabek yang terpantau sejak pagi hari cenderung bergeser ke wilayah Banten dan Jawa Barat bagian selatan serta mengakibatkan hujan lebat disertai petir terjadi di wilayah tersebut.
Menurut Ague, divergensi hari ini unik. "Uniknya dia lokal sekali, di wilayah Jakpus dan sekitarnya. Jarang-jarang begitu. Biasanya di skala provinsi paling tidak," ungkap Agie kepada Kompas.com hari ini.
Walau begitu, selebihnya ini kuasa Allah dengan harapan para tamu agar acara hari ini berjalan lancar.
Beberapa jam menjelang acara, pemandangan berubah aneh. Istana yang menjadi tempat bertamu dipagari dengan kawat berduri, polisi berdatangan dan berjaga-jaga. Ada apakah ini? salahkah kami bertamu? Apa yang terjadi? Namun dibalik itu kita tetap berbaik sangka, yang terpenting mereka ingin berjumpa dengan Bapak Presiden.
Selepas jumat acara pun dimulai, tamu-tamu dari berbagai penjuru ini melakukan longmarch dari masjid Istiqlal menuju Istana Negara. Dengan berbaju putih laksana buih dilautan, bertebaran dan menjamur. Dengan suka cita berharap presiden menyambutnya disana.
Namun keadaan berubah, Presiden menghilang tanpa jejak. Kabar-kabar tersebar ia mewakili dirinya oleh bapak Jusuf Kalla sebagai wakil presiden. Kabar-kabarnya lagi akan diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto dan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno untuk menemui perwakilan demonstran yang menggelar aksi damai di depan Istana Merdeka, Jakarta.
Jelas niat uatama tamu dari berbagai penjuru ini ingin berjumpa bapak Jokowi. Kemana beliau? kenapa beliau tidak menghargai tamu ini? kenapa bisa seperti itu?.
Hari menjelang malam dan bapak Jokowi belum juga hadir. Asa mulai putus, harapan mulai sirna, istana pun belum terbuka. Kemanakah kalian disaat tamu rindu bertemu?
Selepas Isya keadaan semakin panas keadaan semakin parah. tidak lain yang mereka minta melainkan berjumpa presiden untuk mengadu atas ulah kawannya itu. Penyusup dan profokator mulai masuk, sedangkan media terus-terusan mencari dan mengabarkan kejelekan tamu-tamu ini. Apakah salah kami? kami hanya ingin berjumpa Presiden dan itu semua selesai.
Karena keadaan semakin memanas, Jokowi pun tidak hadir. Akhirnya pemuka agama berjumpa bapak Yusuf Kalla untuk mediasi. Disela mediasi dalam istana, terdengar suara tembakan dari luar. Keadaan rusuh, bentrok terjadi. Polisi mulai berang dan menembakkan gas-gas air mata yang membuat ustadz Arifin Ilham dan Syaikh Ali Jaber masuk rumah sakit beserta puluhan tamu-tamu lainnya bahkan ada isu beberapa yang meninggal.
Ada apakah dengan bapak Jokowi? kenapa kami dibeginikan? kami hanya rindu, begitulah gumam mereka jika bisa diibaratkan. Di hari itu kelakuan bapak Jokowi sangat mengecewakan. Lari ketika jutaan Muslim ingin menjumpainya. Atau mungkin jika boleh saya istilahkan dengan sebutan pengecut walaupun saya tidak pastikan.
Ummat Muslim bingung, asa yang mereka bangun berubah kecewa. Salah satu hal yang tidak patut dicontoh. Mungkin saja jika bapak Jokowi tidak menghilang dihari itu maka acara 4 November akan bubar secara teratur dan damai. Andai saja bapak jowo berwibawa, bijaksana dan gentel maka tidak akan ada harapan yang rusak.
Kini banyak asa yang hilang, harapan yang rusak dan kepercayaan yang hilang. Mungkinkan bapak Jokowi membela si penista agama?. Saya sendiri melihat kelakuan presiden Indonesia ini sangat tidak profesional karena hanya cuma untuk mengawasi proyeknya dari pada menemui dan menyambut tamu.
Setidaknya bisa diwakili dan sebentar bertemu tamu untuk sekedar menyapa lalu ia bisa kembali melakukan aktifitasnya. Itu baru aksi damai, belum berupa kudeta. Setidaknya bapak bisa melihat ancaman negara. Bisa saja para tamu-tamu ini melakukan anarkisme secara membrutal. Lalu dimana bapak presiden yang mulai yang dipertuan angungkan?. Saya ingin menyamaikan sebuah hadits kepada Bapak Presiden yang mulia ini.
“Tidaklah seorang pemimpin yang menutup pintu rumahnya karena tidak mau melayani orang yang memerlukan, fakir miskin, dan sangat membutuhkan, kecuali Allah akan menutup pintu langit karena kefakiran, kesulitan dan kemiskinannya.” (HR. Tirmidzi No.1253)Pada detik ini sudahlah, saya tidak menyimpan kepercayaan lagi atas kredibilitasnya sebagai presiden. Serta postingan ini merupakan bentuk opini masyarakat dan rakyat yang merasa kecewa dan bebas berekspresi di dunia maya. Tanpa merusak harga dan martabat bapak presiden jokowi dodo yang terhormat yang berwibawa mulia nan dipertuan agungkan.
Belum ada Komentar untuk "4 November 2016; Peristiwa Hilangnya Presiden Indonesia"
Posting Komentar